Pesona Awan

      Saat itu sore hari mungkin sekitar pukul 4 - 5-an kira-kira. Matahari nampaknya sudah mulai bersiap di posisinya untuk kemudian membenamkan pancaran cahayanya di ufuk barat sana. Terkadang aku berpikir tentang apa yang orang jaman dulu pikirkan tentang matahari yang terbit dari timur dan terbenam di sebelah barat. Entah sejak kapan aku menyadari peristiwa rotasi Bumi ini yang menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam. Hhmmmmm, mungkin itu dimulai sejak aku duduk di bangku kelas 3 SD, dimana pelajaran IPA dan IPS mulai masuk ke dalam daftar Mata Pelajaran yang diikutsertakan dalam KBM(Kegiatan Belajar Mengajar).
      Seingat ku saat itu adalah hari libur karena biasanya pada hari-hari kerja aku baru akan tiba di rumah sekitar pukul 6 - 8 malam, sedangkan waktu jam kerja di kantor dimulai dari pukul 08.00 - 17.00. Bukan karena saking rajinnya sebetulnya. Hanya saja sering kali aku habiskan waktu senggang itu (17.00 - pulang) untuk browsing, facebook-an, dan kadang-kadang buka Youtube. Meskipun terkadang internet kantor selepas jam kerja malah jadi lemot dikarenakan download manager yang ditanamkan oleh teman-temanku di-server mulai bekerja, namun itu tidak menghabiskan upayaku untuk tinggal lebih lama dikantor. Karena tidak jarang juga aku menghabiskan waktu tersebut dengan bermain pingpong dengan "training partner" setiaku. hehe. :)
      Saat itu aku baru saja menunaikan shalat ashar. Kebetulan persis di hadapanku yang saat itu tengah menghadap kiblat, terdapat dua jendela persegi panjang kira berukuran 150 cm x 50 cm yang bersanding sejajar. Kedua jendela itulah yang berperan besar untuk membiarkan cahaya matahari menerobos masuk menuju ruang serbaguna yang tidak terlalu besar itu.
      Seperti biasanya, disaat-saat seperti itu aku mulai asyik menengadahkan wajahku dan memusatkan pandanganku ke arah langit melalui kedua jendela tadi. Langit sedang memancarkan pesonanya hingga nampak begitu rupawan. Warnanya biru khas dan diiringi warna orange hasil bias cahaya matahari dari ufuk barat. Tak luput juga dari pandangan ku sekeping awan putih yang sekilas terlihat bagaikan tengah berlayar dilautan langit yang nan rupawan.
      Saat itu juga awan itu benar-benar menarik perhatianku, bagaimana tidak ia tengah benar-benar terlihat sangat anggun berlayar membelah langit yang nan rupawan. Yang membuatnya lebih menarik ialah bias matahari yang mengenainya, sehingga membuat sebagian sisi-sisinya berwarna orange.
      Entah berapa lama aku memandanginya. Hingga pikiran kecilku pun bergumam "Andai saja aku bisa menjadi awan itu, betapa bahagianya berlayar bebas di langit yang indah sambil memancarkan keindahannya pada setiap yang memandang". Namun saat itu juga gumamanku terhenti bagaikan menabrak sebuah dinding yang begitu tebal nan kokoh. Entah bagaimana caranya, rasanya baru saja kalimat itu terucap dalam pikiranku, tiba-tiba aku menyadari sesuatu, "Apakah mungkin seperti itu pulalah angan-angan dan kehidupan kita di dunia, ada kalanya ia indah tersinari oleh matahari sore, namun hanya sekejap saja setelah itu, angin kemudian akan mengubahnya menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja". Hal itu benar-benar membuatku tertegun dengan pandangan kosong dalam beberapa saat.
      Rasanya sore itu aku benar-benar sedang mendapatkan suatu pencerahan. Aku pikir terkadang kita lupa bahwa hal-hal duniawi yang nampak indah nan manis itu hanyalah bersifat sementara. Mungkin mereka itu bagaikan gemerlap bintang pada malam hari. Atau bisa juga mereka itu bagaikan gula-gula pemanis pada permen asem yang bulat-bulat. :)

      Tulisan ini sebetulnya sudah cukup lama tersimpan rapi di dalam kotak draftku, dengan sedikit waktu luang dan mood yang baik, lalu ditambah oleh dorongan semangat akhirnya tulisan ini terselesaikan juga. :)

Komentar