Perjalanan Indah (part 1)


"Hari berganti, kesibukan mulai menghampiri, setiap jiwa berubah, bergerak untuk beradaptasi. Adakah rasa rindu tersisa dalam diri ? adakah puing-puing memori datang menghampiri ? adakah mereka semua merasakan ini ? masih adakah perasaan itu dalam benak-benak yang senantiasa bermimpi ?. Ingatkah mereka akan mimpi-mimpi itu ? masih adakah hasrat dan keinginan itu ? masih bisakah se-natural saat-saat itu ? masih ingatkah bagaimana yang natural itu ?"

Menarik rasanya, ketika kita beranjak dewasa ternyata beberapa hal hilang begitu saja. Entah memang seperti inikah prosesnya atau tidak juga harus seperti ini. Namun kenyataannya suara-suara parau dari masa lalu nan indah senantiasa datang menghampiri. Teringat saat saya masih berusia dibawah 10 tahun, dalam sebuah renungan saya bergumam, "Seperti apa ya masa depanku.. Gimana ya rasanya jadi orang dewasa.. Masih ingat ga ya bahwa aku pernah bergumam seperti ini...". Saya ingat bahwa saat itu saya berniat dengan sungguh-sungguh agar mengingat renungan itu dimasa depan. Sungguh betapa menariknya kehidupan ini...

Waktu demi waktu pun berlalu, teman silih berganti berdatangan, menjauh, dan menghilang. Tidak benar-benar menghilang sebetulnya, hanya saja pertemuan itu telah dipisahkan oleh tenggat beberapa tahun, sehingga mereka terasa benar-benar seperti menghilang. Salah satu yang paling saya sadari bahwa mereka telah "menghilang" ialah kawan-kawan SD saya. Bahkan saya sempat khawatir mereka akan benar-benar lenyap dalam ingatan saya. Rasanya cukup menyedihkan bila waktu kita bersama-sama selama 6 tahun harus hilang begitu saja. Apalagi menurut sebagian orang "Masa kecil adalah masa-masa terindah" dan saya sangat setuju dengan ungkapan tersebut.

Sekarang terhampar kehidupan yang menurut saya di satu sisi terasa sangat luas, namun disisi lain juga terasa terbatas. Dulu saya mengira bahwa manusia sudah terbiasa pulang-pergi ke planet-planet yang berada di tatasurya kita, namun sekarang kita tahu bahwa perjalanan manusia ke Mars masih dalam tahap perencanaan. Dulu saya kira robot-robot canggih seperti gundam itu sudah benar-benar ada dan sekarang kita tahu bahwa di Jepang robot seperti itu baru berupa prototype.

Dulu saat kelas 1 SD, saya pernah tinggal di desa kelahiran Bapak (panggilan saya kepada bapak saya adalah Bapak :D) di Limbangan, Kabupaten Garut. Saya pernah tinggal disana kurang lebih sekitar 1 tahun lamanya. Saya ingat bawa saya sempat mengalami musim panas yaitu saat dimana jalan dibelakang rumah kami yang masih terbuat dari tanah terpecah-pecah permukaannya saking keringnya kondisi saat itu. Saya juga pernah melihat aliran air mengucur deras dibelakang rumah kami saat musim hujan tiba. Saya juga ingat bahwa karena dulu lapang tempat upacaranya masih berupa tanah, orang-orang membungkus sepatu mereka menggunakan kantong plasting agar sepatunya tidak kotor dan mudah dibersihkan. Hal-hal tersebut merupakan saat-saat indah yang tersisa dari puing-puing memori saya. Dan beruntung bagi saya karena selain kisah-kisah diatas, masih ada beberapa scene lagi yang tersisa dalam ingatan.

Kisah-kisah yang tidak kalah manisnya pun terjadi di masa-masa SD saya. Namun sayang baru belakangan ini saya sadari betapa banyaknya scene disekolah yang menghilang dari ingatan. Ketika pertama kali menyadarinya, betapa diri ini didera rasa rindu yang terasa begitu khas. Aroma dari masa itu kini tercium kembali, atmosfer saat-saat itu kini tercipta kembali, dan sayup-sayup ku coba mulai tengok kembali kisah-kisah manis itu.
Saya dan keluarga kembali ke Kota Bandung saat saya duduk dibangku kelas 2 SD. Saat itu Bapak mendaftarkan saya ke sebuah SD yang letaknya cukup jauh jika dibandingkan dengan sekolah SD yang ada di dekat rumah kami. Alasannya adalah karena menurut Bapak sekolah SD yang berada di dekat rumah kami sudah kebanyakan muridnya, sehingga khawatir perhatian gurunya terlalu terbagi-bagi. Dan saya ingat saat pertamakali daftar ke sekolah tersebut, saya mengenakan baju bebas dituntun menuju sebuah kelas untuk dikenalkan dengan calon teman-teman sekelas. Setelah saya memperkenalkan diri dengan malu-malu, kami pun pulang kembali ke rumah dengan berjalan kaki dan bersiap-siap bahwa karena hari esok adalah hari pertama di sekolah baru.

Hari-hari lainnya disibukan dengan bermain bola :). Seingat saya, saya sudah pernah 3 kali memecahkan kaca karena kegemaran yang satu ini. Yang terakhir ialah yang paling terasa memalukan sehingga membuat saya terdiam dan benar-benar berdiri terpaku kebingungan sambil menundukan kepala selama bermenit-menit seolah semua orang menatap kearah saya. 2 kejadian sebelumnya, seolah-olah reflek saya berlari terbirit-berit menuju rumah. BTW hal itu tidak terasa sia-sia (waduh) karena saat SD saya benar-benar pernah merasa bahwa saya adalah pemain bola terhebat di sekolah !!! (walaupun sebetulnya belum tentu juga) B). Setidaknya skill tersebut bertahan dengan cukup baik hingga saya lulus SMP. Dan percayalah saat ini sudah tidak ada lagi skill semacam itu pada diri saya. :p

"Aduhai kawan, bilamana engkau mendengar, semoga saja engkau sudi untuk redakan rindu ini walau hanya dengan senyum manismu yang selalu kau umbar dimasa-masa indah itu. Andai saja pesan ini, perasaan ini, rindu ini dapat ku titipkan pada sekawanan merpati..."

Disela-sela aktifitas saya hari ini, secara tidak sengaja saya dipertemukan dengan sebuah kisah yang sangat mengharukan yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Semoga menginspirasi...
Salam manis... :)






Komentar